RSS

MALAM RENUNGAN AIDS

Menyelami jiwa-jiwa yang usang terpasung
Terpekik namun luluh dalam peluh…
Ratakan kasih dari para pendosa hanyut dalam dingin
Bila kapan derita usai menjamur?
Hingga malam tak lagi terasa ada…

Pucuk-pucuk daun yang kita semai berlalu jadi angan
Pucuk-pucuk harapan kini lenyap ditangan
Mungkinkah kita masih bisa tegak pinggang lihat derita?
Deritamu-deritaku
Derita kita-derita dunia

Mungkin, malam ini tak lagi seperti malam-malam dahulu yang terang menenangkan…
Mungkin, malam ini dekapan kebahagiaan perlahan pergi.
Tapi kenapa kita masih tertawa?
Tertawa dalam getir?
Merana hingga luka menganga..

Kita, hampir lupa pada nyawa yang tersiksa..
Kita, boleh senang andai sehat berdiri
Tapi jadi apa kita?
Bila tak hiraukan hati yang menjerit di depan mata?
Bisakah kita terlelap dalam gelap sedangkan
Ada hati-hati yang tercabik pilu meratap, menunggu sisa hidup.

Bulan…
Kali ini ada dikepala… kawan!
Kalau saja Bulan benar-benar bisa ngomong…
Kutitipkan kalimat pendek dengannya…
“sedih sahabatku juga sedihku”
Agar terdengar oleh hati-hati sahabat yang pilu…

Perlu kau dengar isi hatinya, yang berkata
“Tuhan…. Aku sakit…
Sakit karena sakitku…
Sakit… Tuhan…
Bahkan aku lebih sakit lagi karena lingkunganku…
Jika saja sakit darimu tidak buat aku dibuang…
Mungkin aku bisa tegar…

Tolong Tuhan…
Katakan padanya. Aku bukan seekor keledai dungu yang tak berguna..
Aku bukan pula gulai basi yang busuk lalu dibuang….
Adakah jiwa ini punya tempat di dekat mereka…
Atau bahkan Tuhanpun tak terima aku lagi??”

Sudah?sudahkah kau dengar hatinya yang menjerit?
Jiwa mereka perlu dukungan kita…
Tapi mengapa… mengapa kita masih begini…
Masa bodoh walau ia harus rutin dengan obat-obatnya tanpa henti….
Bahkan hidupnya yang hanya mampu hentikan..

Tapi yang kutahu.. mereka hanya butuh kita…
Hanya perlu otak kita yang jernih untuk menerimanya…
Hanya butuh rangkulan kita….

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Post a Comment